KULTUR JARINGAN DAN TEORI TOTIPOTENSI
Kultur
jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture adalah suatu teknik untuk
mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan
bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman
pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.
Metode
kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya,
dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu
membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional.
KEUNTUNGAN PEMANFAATAN
KULTUR JARINGAN
• Pengadaan bibit tidak tergantung musim
•
Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyakdengan waktu yang relatif
lebih cepat (darisatu mata tunas yang sudah respon dalam 1tahun dapat
dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)
• Bibit yang dihasilkan seragam
• Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
• Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murahdan mudah
• Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya
Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari tanaman, yaitu:
1.
Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk tumbuh
dan berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar
dan sesuai. Implikasi dari totipotensi adalah bahwa semua informasi
tentang pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam
sel. Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi
yang mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik.
Teori
totipotensi ini dikemukakan oleh G. Heberlandt tahun 1898. Dia adalah
seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jerman. Pada tahun 1969, F.C.
Steward
menguji ulang teori tersebut dengan menggunakan objek empulur wortel.
Dengan mengambil satu sel empulur wartel, F.C. Steward bisa
menumbuhkannya menjadi satu individu wortel. Pada tahun 1954, kultur
jaringan dipopulerkan
oleh Muer, Hildebrandt, dan Riker.
2.
Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali menjadi
ke kondisi meristematik dan dan berkembang dari satu titik pertumbuhan
baru yang diikuti oleh rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi
manjadi organ baru.
3. Kompetensi menggambarkan potensi endogen dari
sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang dalam satu jalur tertentu.
Cantohnya embrioagenikali kompeten cel adalah kemampuan untuk
berkembang menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah
non-kompeten atau morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
Media
merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau
botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan
cara memanaskannya dengan autoklaf.
2) Inisiasi
Inisiasi
adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan
adalah tunas.
3) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala
kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril,
yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol
yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi
yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
4) Multiplikasi
Multiplikasi
adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada
media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.
5) Pengakaran
Pengakaran
adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan
dengan baik.
6) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan
memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka
secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Tipe-tipe Kultur Jaringan :
Kultur
jaringan (tissue culture) sampai saat ini digunakan sebagai suatu
istilah umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah
yang umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur aseptik disebut juga
kultur in vitro yang artinya sebenarnya adalah kultur di dalam gelas.
Dalam pelaksanaannya dijumpai beberapa tipe-tipe kultur, yakni:
1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau seedling.
2.
Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya
menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun,
helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dll.
3.
Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan
jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai
bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah
kultur yang menggunakan media cair dengan pengocokan yang terus menerus
menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan
eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan
meristem.
5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel
yang telah dilepas bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim.
Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan
membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk
keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik
intraspesifik maupun interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur
yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni: kepalasari/ anther
(kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen),
ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.
Aplikasi Teknik Kultur Jaringan dalam Bidang Agronomi
a. Perbanyakan vegetatif secara cepat (Micropropagation).
b. Membersihkan bahan tanaman/bibit dari virus
c.
Membantu program pemuliaan tanaman (Kultur Haploid, Embryo Rescue,
Seleksi In Vitro, Variasi Somaklonal, Fusiprotoplas, Transformasi
Gen /Rekayasa Genetika Tanaman dll).
d. Produksi metabolit sekunder.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regenerasi
1.
Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro : pucuk aksilar, pucuk
adventif, embrio somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll
2. Eksplan
Eksplan
adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah
genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks
(jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan
adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil,
endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.
3. Media Tumbuh
Di
dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur
tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur
jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium
(WPM), Knop, Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan secara
luas adalah MS.
Tabel 1. Komposisi media Murashige dan Skoog (MS)
___________________________________________________
Bahan Kimia Konsentrasi Media (mg/l)
___________________________________________________
1. NH4NO3 1650
2. KNO3 1900
3. CaCL2.2H20 440
4. MgSO4.7H20 370
5. KH2PO4 170
6. FeSO4.7H20 27
7. NaEDTA 37,3
8. MnSO4.4H20 22,3
9. ZnSO4.7H2O 8,6
10. H3BO3 6,2
11. KI 0,83
12. Na2MoO4.2H20 0,25
13. CuSO4.5H20 0,025
14. CoCl2.6H20 0,025
15. Myoinositol 100
16. Niasin 0,5
17. Piridoksin-HCL 0,5
18. Tiamin -HCL 0,1
19. Glisin 2
20. Sukrosa 30.000
____________________________________________________
4. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Faktor
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan
penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang
sering digunakan adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA),
Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA).
Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin,
Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3. Golongan zat
penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
5. Lingkungan Tumbuh
Lingkungan
tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur,
panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran
wadah kultur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar